Sejarah Desa Werdi Bhuwana
<p style="text-align: justify;">    Alkisah adanya atau berdirinya suatu desa dengan memakai sebuah nama tentu dapat diyakini mempunyai latar belakang ataupun momen sejarah yang menjadikan alasan kenapa dipilihnya nama tersebut bagi Desa itu.</p> <p style="text-align: justify;">    Namun dalam hal ini untuk pengungkapan sejarah Desa Werdi Bhuwana tidaklah semudah yang kita bayangkan, karena Desa Werdi Bhuwana merupakan Desa baru yang merupakan Desa Pemekaran dari Desa Mengwi, jadi sejarah Desa Werdi Bhuwana mempunyai keterkaitan dengan sejarah Desa Mengwi.</p> <p style="text-align: justify;">    Berkisar abad ke 16 , ada disebutkan I Gusti Agung Putu yang juga disebut I Gusti Agung Made Agung, menempati atau berada di desa Kapal diiringi oleh seorang Kipati yang bernama Kipatih Tua. Selama itu timbul kesalah pahaman antara I Gusti Agung Putu dengan I Gusti Ngurah batu Tumpeng yang berkuasa di Wilayah Desa Kekeran .</p> <p style="text-align: justify;">    Perselisihan ini berakhir dengan adanya pertempuran atau perang yang mengakibatkan kekalahan di pihak  I Gusti Agung Putu. Kekalahan ini belum berakhir fatal jiwa bagi I Gusti Agung Putu , oleh karena sewaktu pertempuran , I Gusti Agung Putu hannya pingsan dan dapat siuman kembali atas bantuan Ki Kadwa.</p> <p style="text-align: justify;">    Ki Kadwa menemukan I Gusti Agung Putu pingsan di daerah pertempuran yaitu di Gelagah  Puwun serta menimbuni dengan daun liligundi. Berita tentang hal ini didengar oleh pihak I Gusti Ngurah Batu Tumpeng , tetapi atas saran I Gusti Ngurah Kekeran, maka I Gusti Agung Putu diserahkan ke tabanan ( Linggasana ) untuk menalani hukuman.</p> <p style="text-align: justify;">    Setibanya di Tabanan , atas kebaikan seseorang Gusti dari Urat Mara ( Marga  sekarang yang bernama I Gusti gede Bebalang maka I Gusti Agung Putu di mohon kepada raja di Tabanan supaya bisa diajak ke Desa Marga.</p> <p style="text-align: justify;">    Pada suatu saat atas ijin I gusti Bebalang , I Gusti Agung Putu melakukan tapa di Pucak Bukit Mangu yang berdekatan dengan Danau Beratan. Dari tapa ini beliau mendapatkan anugrah dari tuhan, yaitu akan dapat berkuasa sebagai seorang Raja seluas wilayah yang dapat atau mampu dilihat dari tapa tersebut. Sekembalinya I Gusti Agung Putu dari tempat tapanya di daerah Marga, Maka segala hal ikwal anugrah yang diperoleh dalam tapa tersebut disampaikan kepada I Gusti Gede Bebalang, dengan rasa kasih sayang dan kepercayaan maka I Gusti Gede Bebalang menyerahkan kepada I Gusti Agung Putu suatu areal hutan ( hutan Bebalang ) untuk dijadikan Puri serta perkampungan dengan didampingi oleh I Gusti Celuk ( Anak dari I Gusti Gede Bebalang ) dan diiringi oleh 200 orang pengiring serta 40 Orang Prajurit. Kemudian tempat itu disebut Bala Ayu ( Belayu Sekarang ) selama berada di belayu ini lalu I Gusti Agung Putu diganti nama menjadi I Gusti Agung Sakti.</p> <p style="text-align: justify;">    Pada kira – kira tahun 1539 Caka ( 1617 M ) dengan berpusat di Desa Belayu, I Gusti Agung Sakti mampu mengembangkan daerah kekuasaannya yang semula berkedudukan di Desa Kapal. Dari beberapa Informan dapat pula di dengar bahwa wilayah yang berada diselatan Desa Belayu , oleh orang-orang yang berasal dari daerah luar sering menyebutkan dengan nama Daerah Metengah, yang dimagsudkan iyalah wilayah – wilayah Desa MengwiSekarang. Selanjutnya sesuai dengan Uraian tadi dimana kekuasaan I Gusti Agung Sakti terus berkembang , sehingga demikian pula mengenai Puri yang semula berada di Belayu dipindahkan keselatan yakni ke Ganter dan Bekak ( kaleran Bekak ) Mulai saat itu yang tadinya Wilayah ini disebut metengah kemudian disebut Kawija Pura dan Puri tempat Beliau disebut Manga Pura.</p> <p style="text-align: justify;">    Sejak adanya Puri Mange Pura  I Gusti Agung Sakti dikenal lagi dengan sebutan I Gusti Agung Putu Agung atau I Gusti Agung Bhima Sakti oleh karena beliau berhasil dengan gemilang dapat mengalahkan musuh – musuhnya.</p> <p style="text-align: justify;">    Pada Tahun 1556 Caka, Puri yang ada dikaleran Bekak dipindahkan lagi ke sebelah Timur yakni ke Puri Mengwi yang sekarang Beliau dinobatkan ( Abiseka ) dengan sebutan Cokorda Sakti Belambangan yang seterusnya dikenal denga Abiseka Bhatara Sakti Belambangan.</p> <p style="text-align: justify;">    Bersama dengan pemindahan puri juga didirikan sebuah Pura yang berlokasi di sebelah Timur Puri yang diberi nama Pura Taman Ayun. Pendirian Pura Taman Ayun dicatat yakni pada Anggara Keliwon Medangsia, Sasih Kartika, Sad Bhuta Yaksa Dewa ( Dewa = Satu, Yaksa = Lima Bhuta = Lima, Sad = Enam , atau dibaca 1556 Caka ).</p> <p style="text-align: justify;">    Bila ditinjaudari etynologi kata, kata Mengwi terdiri dari dua Kata yaitu Menga da We kata menga ( bahasa Jawa Kuno 0 berarti Air maka kata Menge – We berarti air dalam keadaan terbuka 9 telaga 0.</p> <p style="text-align: justify;">    Jika diperhatikan situasi dan lingkungan alam yuang ada , kenyataannya yang dimaksud dengan ungkapan tadi adalah keadaan atau lingkungan alam seputar Pura Taman ayun, yang dikelilingi oleh Telaga.</p> <p style="text-align: justify;">    Kata Mengawe yang berasal dari bahasa Jawa kuno , ( rumpun Bahasa Austronesia ) ada kecenderungan kata-kata yag terdiri yiga suku kata sepertio Mengawe dijadikan Dua suka kata dengan menghilangkan unsure tengah sehingga menjadi Mengwe. Dalam proses pelapalan bunyi , kata mengwe dilafalkan menjadi suara ringan yaitu Mengwi,, berdasarkan uraian diatas tadi sudah tergambar kiranya tentang sejarah singkat Desa Mengwi serta proses timbulnya kata Mengwi.</p> <p style="text-align: justify;">    Sejalan dengan perkembangan sejarah ketatanegaraan dan tata Pemerintahan di Indonesia , maka dibentuk Desa Mengwi berdasarkan peraturan perundang-undangan yang berlaku pada saat ini. Seperti halnya Desa-desa yang lain, Desa Mengwi mempunyai hak dan kewajiban untuk menyelenggarakan rumah tangganya sendiri sekaligus merupakan ujung tombak penyelenggaraan pemerintahan , Pembangunan dan pembinaan Kemasyarakatan.</p> <p style="text-align: justify;">    Pada awal pembentukannya, Desa Mengwi mewilayahi 4 ( Empat Desa Adat ) yaitu desa Adat Mengwi, Gulingan,Denkayu dan Banjarsayan. Namun dengan adanya perkembangan penyelenggaraan pemerintahan, pelaksanaan Pembangunan , Pembinaan Masyarakat serta pelayanan kepada masyarakat yang semakin meningkat dan meluas , maka berdasarkan Musyawarah LMD Mengwi diusulkan pemekaran Desa Mengwimenjadi 3 ( Tiga ) Desa, Yaitu Desa Mengwi ( Induk ) Desa Persiapan Gulingan dan Desa Persiapan Werdi Bhuwanakepada Pemerintahan Tingkat atasan.</p> <p style="text-align: justify;">    Setelah diadakan penelitian terhadap usulan pemekaran tersebut ternyata pembentukan Desa Persiapan Werdi Bhuwana dapat disetujui dan disahkan dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali Nomor 648 Tahun 1991 tertanggal 21 Oktober 1991 Sebagai tindak lanjutnya dilaksanakan pengangkatan N gakan Putu Sukarma sebagai Pejabat Kepala Desa Desa Persiapan Werdi Bhuwana, Pelantikan Pejabat Kepala Desa Persiapan Werdi Bhuwana oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung dilaksanakan pada Tanggal 18 September 1992 yang dilan jutkan dengan peletakan batu pertama Pembangunan Kantor Kepala Desa Werdi Bhuwana .</p> <p style="text-align: justify;">    Desa Persiapan Werdi Bhuwana ditetapkan menjadi Desa Difinitif dengan Keputusan Gubernur Kepala Daerah tingkat I Bali Nomor 625 Tahun 1993 tertanggal 9 desember 1993 dan baru diresmikan pada Tanggal 5 maret 1994 Oleh Gubernur Kepala Daerah Tingkat I Bali . Yang diangkat sebagai Penjabat Kepala Desa Werdi Bhuwana pada saat itu adalah Ngakan Putu Sukarma dan dilantiok pada tanggal 17 maret 1994 Oleh Bupati Kepala daerah Tingkat II Badung.</p> <p style="text-align: justify;">    Pada tanggal 21 April 1995 diselenggarakan pemilihan Kepala Desa Werdi Bhuwana dengan hasdil yaitu Ngakan Putu Sukarma sebagai Kepala Desa Werdi Bhuwana ditetapkan dengan Keputusan Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung Nomor 804 tahun 1995 tertanggal 8 Juni 1995 dan dilantik pada Tanggal 6 Juli 1995 Oleh Bupati Kepala Daerah Tingkat II Badung. Dengan Demikian Ngakan Putu Sukarma Menjadi Kepala Desa Werdi Bhuwana Mulai tahun 1995 Sampai tahun 2003.</p> <p style="text-align: justify;">    Pada tahun 2003 diadakan Pemilihan Kepala Desa yang mana mendapatkan suara terbanyak adalah I Ketut Sadia Wijaya,SE sehingga beliau dilantik Oleh Bupati Badung dengan  Surat Keputusan Bupati Badung Nomor 717 Tahun 2003 tertanggal 11 Juni 2003 , karena  masa Jabatan I Ketut Sadia Wijaya,SE telah berakhir maka diadakan Pemilihan Perbekel Desa Werdi Bhuwana Pada tahun 2008 yang mendapat suara terbanyak adalah Kembali I Ketut Sadia Wijaya,SE sampai tahun 2014 dengan Surat Keputusan Bupati Nomor 2431/01/HK/2008.</p> <p style="text-align: justify;">    Karena Telah selesainya Jabatan Perbekel Desa Werdi Bhuwana Tanggal 11 Agustus 2014 sehingga diadakan Pemilihan Perbekel tepatnya pada Tanggal 3 agustus 2014 sehingga yang mendapatkan Suara terbanyak adalah Drs. I Wayan Kardana, karena belum dilantiknya Perbekel Drs. I Wayan Kardana dan Masa Jabatan Perbekel I Ketut Sadia Wijaya, SE Berakhir maka diadakan Penjabat Perbekel Desa Werdi Bhuwana yaitu Ni Putu Eka Rastuti SSTP,MH sampai dilantiknya Perbekel terpilih Drs I Wayan Kardana Pada Tanggal 10 September 2014 dengan Keputusan Bupati Nomor 1855/03/HK/2014 sampai sekarang.-</p>
25 May 2021